![]() |
Drs. KH. Saiful Munir |
KH. Saiful Munir akrab disapa dengan
panggilan Abah Munir Pemangku Pondok Pesantren Nurul Qur‟an Al-Istiqomah Sukorejo
Bungah Gresik. Beliau lahir di Karang Anyar Lampung, 04 Mei 1972.
1) Pendidikan
a) Pendidikan
Formal
i.
SD Negeri II Karang Anyar Lampung, lulus Thn. 1984
ii.
Mts Al-Khikmah Waihalim Tanjung Karang, lulus Thn.
1990
iii.
MA Al-Hikmah Waihalim Tanjung Karang, lulus Thn.1990
iv.
Institut Ke-Islaman Hasyim Asy‟ari Tebuireng Jombang,
Lulus Thn. 1996
b)
Pendidikan Non Formal
i.
PP. Darus Salam Lampung
ii.
PP. Tebuireng Jombang
iii.
PP. Nurul Huda Bojonegoro
iv.
PP. Nurul Huda Magelang
2)
Prestasi
Sejak kelas 2 Tsanawiyah Al-Hikmah
Tanjung karang, dia sering diajak oleh ayahnya untuk menyaksikan kegiatan Musabaqah
Al-Qur’an mulai tingkat kelurahan, kabupaten, sampai Provinsi. Dalam
perjalanan dan penanaman terhadap tilawah ini, tentunya dapat memberikan
pengaruh yang sangat besar, dan saat berada di tingkat Aliyah Al-Hikmah Tanjung
karang, ia memperoleh prestasinya yang pertama. Sambil nyantri di Pondok
Pesantren Darussalam Tigeneng Lampung Selatan yang merupakan cabang Ponpes
Modern Gontor, keahlian tilawahnya selalu diasah. Berkat didikan dan bimbingan
ayahnya, Saiful (panggilan akrabnya) berprestasi sebagai juara pertama cerdas
cermat isi kandungan al-Quran tingkat SMU atau Aliyah waktu itu. Sejalan dengan
perkembangan waktu dan semangat ilmu pengetahuan yang tinggi, KH. Saiful Munir
melakukan pengembaraan ilmu pengetahuannya di Pondok pesantren Tebuireng
Jombang. pada saat mondok di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang
KH.Saiful Munir berkata: yang saya ingin raih saat mondok adalah saya
ingin mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada saat itu dia sangat serius Mahasiswa
Fakultas Dakwah KH. Hasyim Asy‟ari (IKAHA) yang kampusnya tidak terlampau jauh
dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. Sehingga praktis tidak ada aktifitas tilawah
seperti saat dikampungnya dulu. Saat dipondok pun dia juga memperoleh juara
pertama lomba tilawah saat itu dia bangga sekali karena bisa menang
dalam lomba tersebut. Lagi-lagi lomba tilawah iya sandang lagi di
tingkat kabupaten jombang yang kala itu diadakan oleh departemen agama, dan
meraih juara pertama. Sebelum Abah Munir meraih kesuksesan dia pernah mengalami
beberapa kegagalan meskipun begitu dia selalu berusaha tidak putus asa untuk
meraih sukses seperti dalam prinsipnya. Meskipun begitu beliau juga pernah
mengalami kegagalan dalam meraih lomba tersebut yang ada seleksi lomba
kontingen MTQ se jawa timur yang diadakan di gresik, abah munir gagal saat itu
sempat menimbulkan kekecewaan dalam dirinnya. Tetapi prinsip abah munir dengan
tutur katanya: berlarut-larut dalam kegagalan, pengalaman kegagalan ini memacuh
semangat saya untuk terus menempa diri.
Perlahan tapi pasti, prestasi ia raih
berturut-turut dalam perjalanan berikutnya. Pada tahun 1994 misalnya distasiun
TV RRI dan TVRI Surabaya pada saat itu mengadakan lomba MTQ Abah Munir juara
harapan ia peroleh namun di tahun berikutnya di stasiun TV TVRI Surabaya
mengadakan lomba lagi Abah Munir mendapatkan juara II. Sebuah perhelatan akbar
MTQ tingkat Nasional Pada tahun1997 Abah Munir mengikuti lomba lagi yang mana
lomba tersebut diadakan di Jambi Abah Munir mengatas namakan dirinya sebagai
delegasi dari Jatim dan abah munir meraih juara II golongan Dewasa. Pada
puncaknya pada tanggal 16 bulan Oktober tahun 1997 KH. Saiful Munir mengikuti
lomba tingkat Internasional yang diselenggarakan di Ankara Turki. Dan
menyandang juara satu.yang membuat peneliti kagum disaat KH. Saiful munir
berangkat ke Turki pada saat itu KH. Saiful munir sedang menyelenggarakan akad
nikah. Jadi jam 13.00 abah melangsungkan akad nikah perkawinan Abah Munir. Pada
jam 16.00 KH. Saiful Munir berangkat ke Ankara Turki, dengan penuh bangga
istrinya Umdatul Millah . dengan mengucap subhanallah juara pertama diraih Abah
Munir. Kata KH. Saiful Munir kesuksesannya selama ini ia raih karena banyaknya
masukan dan tips dari berbagai guru. Disaat waktu senggangnya abah munir sering
menggunakan waktu luangnya untuk bersilaturrahmi ke tempat kiai-kiai
diantarannya beliau ketempat KH. Yusuf Dawud (kediri), Mohammad Fuad, Ustad
Abdul Hamid, SH (keduanya dari surabaya) yang merupakan juara Asean, dan abah
melakukan silaturrahim kepada KH. Basori Alwi (Singasari), KH. Salahuddin
Ghazali (Pasuruan), serta Thoha Hasan dari Gresik. Dari mereka itulah abah
munir mendapatkan masukan baru. Bagaimana tertentu agar dapat tampil maksimal
diatas panggung. Untuk bisa tampil dengan sempurna. Karena itulah untuk
mengasah kemampuan dan keterampilannya sengaja Abah Munir ini memilih pondok
khusus yang diasuh oleh KH. Abdul Hakam, putra KH. Kholiq Hasyim bin KH. Hasyim
Asy‟ari selama kurang lebih 4 tahun. Keputusan ini ia ambil saat menjelang KKN.
Dari pondok yang lokasinnya berada di depan Pondok Pesantren Tebu Ireng inilah
abah munir banyak mendapatkan bimbingan Spiritual secara khusus. Dipondok ini
pula ia diajarkan bagaimana harus melakukan Tawassul kepada para ulama‟
terdahulu, serta Takhassus Al-Qur‟an lainya. Demi menjaga dan terkendalinnya
emosi sehingga dapat stabil. Seperti dapat dirasakan hingga saat ini. disamping
juara Internasional, nyaris tidak ada prilaku angkuh yang ditampilkan Abah
Munir. Keunikan abah munir pada saat mengaji abha munir menggunakan perpaduan
dari sekian banyak thoriqoh yang ada. Yaitu pepaduan dari Thoriqoh Syeikh
Musthafa Ismail, Syeikh Mutawalli, Syeikh Abdul Basith, Antar Muslim dan
sebagainnya. Karena baisanya masing-masing negara menentukan menggunakan
thoriqoh mana kala bertilawah, para qori‟ timur tengah biasanya menggunakan
model Misyriyah atau Thoriqoh asli mereka. Kata abah munir mengemukakan mungkin
inilah yang membuat saya menjadi juara pertama. Karena menurut abah itu tidak
mudah untuk dapat sampai ketingkatan pemanduan ini. Dibutuhkan istiqomah dan
ketelatenan dalam melakukan penggabungan aliran tersebut. Dan Abah Munir
berkata ini mungkin kelebihan yang dimiliki Qori‟ Indonesia. Dengan prestasi
yang diraihnya itu dulu pada saat itu abah munir menghabiskan waktu untuk
ngajar dipesantren-pesantren di jatim. Untuk diwilayah NU Jawa timur. Abah dulu
juga menyempatkan untuk memberikan bimbingan kepada guru-guru TPQ. Setelah
menyelesaikan kursus maupun diklat yang diselenggarakan jamiyyatul Qurra‟ wal
huffadz.(Jamqur ) PWNU Jatim.
Pengurus jamiyah Qurra‟ wal huffadz
(Jamqur) PWNU Jatim berupaya untuk senantiasa menempatkan al-Qur‟an sebagai
bacaan lazim dalam kondisi apapun. Demikian pula sikap dan prilakunya
diusahakan untuk bisa mencerminkan ahli al-quran dan senang kepada al-qur‟an.
Ini tugas berat, namun harus selalu abah munir emban kapan dan dimanapun. Dalam
pandangan abah munir menjadi Qori‟ tidak sebatas dapat melantunkan bacaan AlQur‟an
secara baik tetapi didepan dewan juri “tapi bagaimana saya menempatkan amanah
ini menjadi seorang Qori‟ didunia maupun diakhirat kelak.
Pada saat beliau mengeluarkan kaset
panduan seni baca Al-Qur‟an ini mengemukakan dan sampai sekarang pun beliau
selalu mengatakan diceramahnya yaitu bahwa “Taqarrub kepada Allah
merupakan syarat mutlak bagi peminat tilawah. Demikian pula Birrul walidaini
atau taat kepada orang tua, serta berakhlaqul karimah kepada
sesama, merupakan prasyarat yang tidak dapat dilanggar, meskipun prestasi
seseorang sudah berada di puncak. Kata-kata itulah yang selalu Abah Munir emban
sampai sekarang saat Abah Munir ceramah abah selalu berpesan lagi- lagi kata Taqarrub
kepada allah. Atas prestasi yang abah dapatkan selama ini Abah Munir
mengatakan kalau Abah Munir ingin kalau nanti diakhirat dapat melantunkan
bacaan indah al-Qur‟an dihadapan para penghuni Syurga.” Saya sangat
berkeinginan mendapatkan kesempatan itu” tutur kata Abah Munir.
3) Pengalaman
Organisasi
Pengalaman organisasi yang pernah
Abah Munir ikuti menjadi Pengurus LPTQ (Lembaga pendidikan Tanfidzul Qur’an) Wilayah
Jawa Timur, Pengurus Jam’iyatul Qurro’ Wal Huffadz Wilayah Jawa Timur, Pengurus
Jam’iyatul Qurro’ Wal Huffadz Pusat di Jakarta. Drs. KH. Saiful Munir tidak
hanya menyampaikan dakwahnya dilingkungan sekitar saja, bahkan diluar jawa
(dalam negeri saja) tapi beliau juga berdakwah diluar negeri seperti Malaysia,
Singapura, dan seterusnya.
4) Menjadi
Muballigh
Membahas tentang perjalanan
dakwahnya, ketika masih duduk dibangku Aliyah dia telah menunjukkan beberapa
prestasi. Berkat didikan dan bimbingan ayahnya dia sering mengikuti lomba
cerdas cermat isi kandungan Al-Qur‟an tingkat Aliyah Al-Hikmah Tanjung Karang
di Pondok Pesantren DarussalamTigeneng Lampung Selatan yang merupakan cabang
ponpes modern Gontor. Ditambah lagi dia sering diundang kemana-mana. Dengan
bakat alami yang dia miliki, dari prestasi yang pernah dia dapatkan, tutur
bahasa yang santun, gaya bicara yang menyakinkan ditambah dengan
pengalaman-pengalamannya menuntut ilmu dipondok pesantren menjadi bekal dia
didunia dakwah. Untuk bakat kemerdekaan suara telah terlihat sejak kecil dia
dibimbing oleh ayahnya sendiri. Pada saat dia masih duduk dibangku Tsanawiyah
dia sering diajak ayahnya untuk menyaksikan kegiatan Musyabaqah Tilawatil Qur‟an
mulai tingkat kelurahan sampai kabupaten sampai provinsi. Berkat keuletan dan
kesabaran ayahnya pada saat dia sudah tinggal dipondok pesantren Tebuireng dan
tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah KH. Hasyim Asy’ari (IKAHA) meskipun
begitu dia tetap tinggal dipondok pesantren Tebuireng Jombang, dia sudah tidak
dibimbing lagi oleh ayahnya tapi meskipun begitu dia tetap memperoleh juara
pertama ditingkat kabupaten Jombang. Berawal dari itulah, dengan bekal ilmu
agama yang dia dapat dijenjang pendidikan pondok, kemampuan membaca Al-Qur'an
dengan baik, dan indah, pengalaman retorika yang pernah dia dapatkan sewaktu
remaja, dakwah KH. Saiful Munir dimulai, dengan memberikan tausiyah didalam
lingkup kecil pada pengajian rutin dipondok pesantren Nurul Qur’an Al-Istiqomah
yang bertempat didesa Sukorejo kec. Bungah. Kab. Gresik. Saat ini dia telah
menjadi muballigh yang tidak hanya dilingkup kecil saja tetapi juga dia
menyampaikan tausiyahnya diluar negri yakni dinegri jiraan malaysyia, Sumatra,
Kalimantan dan lain-lain. Dari kedua bakat tersebut, KH. Saiful Munir menjadikan
kemampuan retorika yang dimiliki sebagai modal utama menjadi seorang muballigh
dan menjadikan kemampuannya melantunkan ayat Al-qur‟an dengan indah, Sebagai
metode dakwahnya, dan saat ini kedua faktor tersebut dapat dikombinasikan dan
berhasil menjadi faktor daya tarik dalam dakwahnya.
0 comments:
Post a Comment
Tulis Komentar