KH.
Saiful Munir mendirikan sebuah lembaga pendidikan yaitu Madrasah Diniyah.
Pondok pesantren Nurul Qur’an mempunyai peran penting bagi masyarakat, karena
selama ini banyak anak belum mengenal pendidikan non-formal seperti Diniyah.
Dengan adanya pondok tersebut mereka mengenal dan Madrasah tahu bagaimana
pendidikan Madrasah Diniyah tersebut. Mereka belajar di ponpes tersebut
antusias sekali. Anak-anak berbondong-bondong pergi kepondok tersebut untuk
mengambil formulir dan mereka mendaftarkan diri kepondok, dengan tujuan untuk
mengetahui dan belajar ilmu tentang agama. Madrasah Diniyah setiap tahunnya
mengadakan acara Haflah Akhirussanah, yakni penerimaan ijazah bagi santri
kelas 3 Ula dan Wustho. Setiap menjelang acara tersebut, para
santri senior selalu mengadakan festival santri untuk meramaikan acara. Karena
saat Akhirussanah yang memperoleh juara festival dan juara kelas santri
memeperoleh tropi. Tujuan diadakan festival santri yaitu untuk membuat santri
agar semangat dalam belajar dan santri tersebut percaya diri untuk melatih
mental kementalan mereka agar tidak demam panggung. Adapun festival santri
meliputi: Kithobah, Tartil, Sari Tilawah, Qiro’ah, Dibaiyyah, membaca kitab
kuning, cerdas cermat, Adzan. Metode yang dilakukan Munir dalam dakwahnya ini,
Sebelum bulan puasa yakni bulan Ruwa di pondok pesantren ini, selalu mengadakan
banyak acara, salah satunya yakni Akhirussanah. Dalam Akhirussanah ada
beasiswa sekolah bagi santri yang berprestasi.
Santri
di Pondok Pesantren Nurul Qur‟an Al-Istiqomah beragam ada yang sudah pernah
mondok dan ada juga yang baru pertama kali mondok. Santri di Ponpes Nurul Qur’an
Al-Istiqomah datang kesini mayoritas sudah pernah mondok semua. Salah satu dari
santri disitu ada yang santri salaf. Santri salafnya itu bernama Mursyidul
Wildani. Dia adalah alumni dari pondok pesantren At-Tahdib Jombang, disitu
pesantren dan sekolah-nya berbasis salafiyah, sehingga pembelajaran nahwu dan
shorof kitab kuning sebagai pokok semua santri dengan bertujuan mencetak
kader-kader wali yng intelek wali. dia bisa menghafal Istighosah Dzikrul Lil
Alamin itu dari Pondok Pesantren Nurul Qur‟an Al-Istiqomah. Dia juga alumni
Ponpes Tarbiyyatul Qur‟an itu 2 tahun. Ada juga yang baru pertama kali mondok
disini sebut saja namanya Nasrul Mujahid. Dia belum pernah mondok sama sekali
di Ponpes Nurul Qur‟an Al-Istiqomah ini baru yang pertama kali. Santri yang
mukim berasal dari: Pulau Bawean, Ujung Pangkah, Sidayu Gresik, Tuban,
Lamongan, Probolinggo, Solo, Pulau Bali, Bojonegoro, Cilacap, ada juga yang
dari Medan Sumatra Utara, Lampung Selatan dan Kalimantan dan lain-lain. Santri
yang mukim mayoritas mereka dari lampung. Ekonomi santri beragam. Tetapi itu
tidak dipermasalahkan karena mereka saling membantu satu sama lain, selalu
seperti itu. Keahlian santri sangat beragam sekali setiap santri tidak sama.
Ada yang ahli Istighosah, B.Arab, Kitab Kuning, Tilawah, Tartil, Qiro‟ah,
Kaligrafi, Pencak Silat, Al-Banjari, Khitobah dan lain-lain. Misalnya dia bisa
Istighosah Dzikrul Lilalamin maka pada waktu Abah Munir tidak ada ditempat maka
santri tersebut menggantikannya untuk memimpin Istighosah Dzikrul Lil Alamin.
Sedangkan santri yang ahli B. Arab mereka disuruh ngajar B.Arab di Madrasah
Diniyah An-Nur Ponpes Nurul Qur‟an Al-Istiqomah. Meskipun begitu ada pula
begron santri yang dulunya gak bisa ngaji dengan lancar sekarang sudah bisa
ngaji dengan lancar dan fasih sekaligus dengan lagu.
Didalam
ponpes tersebut santri juga diajarkan untuk menjadi santri yang bermanfaat
untuk masyarakat demi untuk masa depan mereka. Tidak hanya mengerti tentang
keagamaan, tetapi juga diajarkan pada bidang-bidang umum lain, misalnya:
perikanan, peternakan, perkebunan, serta pelatihan untuk mengajar yang mana
jika keluar dari pondok pesantren tersebut mereka mempunyai keahlian yang biasa
mereka dapatkan dari pondok untuk diterapkan dimasyarakat disaat mereka pulang.
Sehingga mereka pulang tidak dengan tangan kosong melainkan mereka pulang tidak
dengan mempunyai keahlian yang mereka dapatkan saat dipondok pesantren
tersebut. Jadi mereka tidak mengecewakan orang tua dan masyarakat kampung dan
mereka bisa menjunjung nama pondok pesantren tersebut dan kiai tersebut. Karena
pulang dari pondok pesantren sangat ditunggu-tunggu kedatangannya oleh
masyarakat, karena pandangan masyarakat keluar dari pondok itu bisa menjadi
tauladan yang baik.
FOTO WISUDA MADRASAH DINIYAH AN-NUR
 |
klik gambar untuk memperbesar |
 |
klik gambar untuk memperbesar |
 |
klik gambar untuk memperbesar |
 |
klik gambar untuk memperbesar |
 |
klik gambar untuk memperbesar |
 |
klik gambar untuk memperbesar |
0 comments:
Post a Comment
Tulis Komentar