Muqaddimah
بِسْمِ
اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ
Telah berkata pengarang kitab ini (As Syaikh As Shonhajy)
rahimahullah :
Macam-macam Kalam
Al kalam adalah Lafadz yang tersusun
yang berfaedah dengan bahasa arab. Kalam itu ada tiga bagian : Isim, fi’il, dan
huruf yang memiliki arti.
Isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin, dan kemasukan alif
dan lam. Dan huruf khafadh itu adalah :
مِنْ,
وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّام
dan huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta.
Fiil itu dikenal
dengan huruf
ِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ
وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَة(ta ta’nits yang
mati) ِ
Huruf itu adalah sesuatu yang tidak sah
bersamanya petunjuk isim dan petunjuk fi’il.
Bab Al I’rab
I’rab itu
adalah berubahnya akhir-akhir kalimat karena perbedaann amil-amil yang masuk
atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Bagian i’rab itu ada empat, yaitu rafa’, nashab,
khofadh atau jar, dan jazm.
Setiap isim itu bisa rafa’, nashab,
khafad dan tidak bisa jazm
Setiap fi’il itu bisa rafa’, nashab,
jazm, dan tidak bisa khofadh.
Bab Mengenal tanda-tanda I’rab
1. Bagi rafa’ itu ada empat tanda, yaitu
dhammah, waw, alif dan Nun
Adapun
Dhammah, maka ia
menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
- Pada Isim Mufrad,
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannas salim, dan
- fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
Adapun waw, maka
ia menjadi tanda bagi rafa’ pada dua
tempat :
- Pada jama’ mudzakkar salim, dan
- Isim-isim yang lima yaitu
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
Adapun alif, maka
ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
Adapun Nun maka ia
menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan dhamir
tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah.
2. Bagi Nashab itu ada lima tanda, yaitu Fathah, alif,
kasrah, ya, dan hadzfunnuun (membuang nun).
Adapun fathah maka
ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
- Pada Isim Mufrad
- Jama’ taksir, dan
- fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatupun
adapun alif, maka
ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ (aku melihat bapakmu
dan saudaramu)dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.
Adapun kasrah, maka ia
menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim
Adapun ya, maka ia
menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’
Adapun Hadzfunnuun,
maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika
rafa’nya dengan tetap nun.
3. Bagi Khafadh atau jar itu ada 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah.
Adapun kasrah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
- Isim Mufrad yang menerima tanwin
- jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
- jama’ muannats salim
adapun ya, maka ia
menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
- Pada isim-isim yang lima
- Isim Tatsniyah, dan
- jama’
adapun fathah,
maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin.
4. Bagi jazm itu ada 2 tanda, yaitu sukun dan al hadzfu (membuang).
Adapun sukun, maka
ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya
Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal
akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
Fashl (pasal)
Yang di i'rab itu ada dua bagian : ada yang di
i’rab dengan harkat (baris) dan ada yang di i’rab dengan huruf.
Maka yang di i’rab dengan baris itu ada empat
macam :
- Isim Mufrad
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannats salim, dan
- Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun
Dan semuanya itu
(yang di i’rab dengan baris) di rafa’kan dengan dhammah, dinashabkan dengan
fathah, dan dijazmkan dengan sukun. Dan keluar dari itu tiga hal; jama’ muannats
salim dinashabkan dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dijarkan
(dikhafadhkan) dengan fathah dan fi’il mudhari’ yang mu’tal akhirnya dijazmkan
dengan membuang akhirnya
Yang dii’rab dengan huruf itu ada empat macam
:
- Isim Tatsniyah
- Jama’ mudzakkar salim
- isim-isim yang lima, dan
- fi’il-fiil yang lima, yaitu يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
adapun isim
tatsniyah, maka ia dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
Adapun jama’ mudzakkar
salim, maka ia dirafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
Adapun Isim-isim
yang lima, maka di rafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan alif, dan dijarkan dengan ya.
Adapun fi’il-fi’il yang lima,
maka dirafa’kan dengan huruf nun, dan dinashabkan dan dijazamkan dengan membuang
huruf nun.
Bab tentang Fi’il-fi’il
Fi’il itu ada
tiga :
- Fiil Madhi
- Fiil Mudhari’
- Fiil Amr
Contohnya ضَرَبَ(madhi), (mudhari’) , وَيَضْرِبُ (amr’), وَاضْرِبْ
Maka Fiil Madhi itu difathahkan selamanya dan fiil amar dijazamkan
selamanya dan fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan yang
empat yang terkumpul dalam perkataan anaytu (alif, nun, ya, dan ta). Fiil
mudhari’ itu dirafa’kan selamanya kecuali adaa amil nashab atau jazm yang masuk padanya.
Maka amil
nashab (huruf yang menashabkan) itu ada sepuluh, yaitu:
أَنْ,
وَلَنْ, وَإِذَنْ, وَكَيْ, وَلَامُ كَيْ, وَلَامُ اَلْجُحُودِ, وَحَتَّى,
وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ, وَالْوَاوِ, وَأَوْ.
Dan amil jazm itu ada delapan
belas, yaitu :
لَمْ,
وَلَمَّا, وَأَلَمْ, وَأَلَمَّا, وَلَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ, وَ
"لَا" فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ, وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا,
وَإِذْمَا ، وأي وَمَتَى, وَأَيْنَ وَأَيَّانَ, وَأَنَّى, وَحَيْثُمَا,
وَكَيْفَمَا, وَإِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. (dan idzan pada syair tertentu)
Bab Tentang Isim-isim yang Dirafa’kan
Isim-isim yang dirafa’kan itu ada tujuh :
- Isim Faa’il
- Isim Maf’ul yang tidak disebut failnya (naaibul fa’il)
- Mubtada
- khabar mubtada
- Isim Kaana dan saudara-saudaranya
- khabar inna dan saudara-saudaranya
- Dan yang mengikuti yang dirafa’kan, yaitu ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal
Bab Faa’il
Faa’il
adalah isim yang dirafa’kan yang disebut sebelum faa’il
itu fi’ilnya. Dan faa’il
itu ada dua bagian, yaitu faa’il isim dzhahir dan faa’il
isim dhamir.
Maka faa’il
isim dzhahir itu seperti contoh
قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ, وَقَامَ الزَّيْدَانِ,
وَيَقُومُ الزَّيْدَانِ, وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ الزَّيْدُونَ, وَقَامَ
اَلرِّجَالُ, وَيَقُومُ اَلرِّجَالُ, وَقَامَتْ هِنْدٌ, وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ,
وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ, وَتَقُومُ الْهِنْدَانِ, وَقَامَتْ الْهِنْدَاتُ,
وَتَقُومُ الْهِنْدَاتُ, وَقَامَتْ اَلْهُنُودُ, وَتَقُومُ اَلْهُنُودُ, وَقَامَ
أَخُوكَ, وَيَقُومُ أَخُوكَ, وَقَامَ غُلَامِي, وَيَقُومُ غُلَامِي,
Dan Faa’il
isim dhamir itu ada 12, yaitu :
ضَرَبْتُ, وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ,
وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ, وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا,
وَضَرَبُوا, وضربن
Bab Maf’ul yang tidak disebut Faa’ilnya
(Naaibul faa’il)
Naaibul faa’il adalah
isim yang dirafa’kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya. jika fi’ilnya itu fi’il madhi maka
didhammahkan huruf awalnya dan dikasrahkan apa yang sebelum akhirnya dan jika
fi’ilnya itu fi’il mudhari’ maka didhammahkan huruf awalnya dan difathahkan huruf yang sebelum
akhirnya. Naa’ibul faa’il itu ada dua, yaitu Naaibul faa’il isim dzhahir dan naaibul faa’il isim
dhamir.
Maka naaibul
faa’il isim dzhahir itu contohnya :
ضُرِبَ زَيْدٌ" وَ"يُضْرَبُ زَيْدٌ"
وَ"أُكْرِمَ عَمْرٌو" وَ"يُكْرَمُ عَمْرٌو
dan naaibul
faa’il isim dhamir contohnya:
ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا, وَضُرِبْتَ, وَضُرِبْتِ,
وَضُرِبْتُمَا, وَضُرِبْتُمْ, وَضُرِبْتُنَّ, وَضُرِبَ, وَضُرِبَتْ, وَضُرِبَا,
وَضُرِبُوا, وضُربن
Bab Mubtada dan khabar
Mubtada adalah
isim yang dirafa’kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh.
Khabar adalah
isim yang dirafa’akan yang disandarkan kepada mubtada’. Contohnya :
"زَيْدٌ قَائِمٌ"
وَ"الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ" وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ "
Mubtada itu ada dua bagian, yaitu mubtada
isim dzahir dan mubtada isim dhamir
Maka Mubtada
isim dzahir itu adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti
contoh di atas)
Mubtada isim
dhamir itu ada dua belas :
أنا ونحن وأنتَ وأنتِ و وأنتما وأنُتم وأنتن وهو وهى
وهما وهم وهن
Dan apa-apa yang menyerupai contoh ini(أنا قائم) و(نحن قائمون)contohnya :
Khabar itu
ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair (bukan) mufrad.
Khabar mufrad contohnya زيد قائم
Khabar ghair mufrad itu ada empat :
- Jar dan majrur
- dzharaf
- fi’il beserta faa’ilnya
- Mubtada beserta khabarnya.
Contohnya: (زيد فى الدار وزيد عندك وزيد قام ابوه وزيد جاريته ذاهبة)
Bab Amil-amil yang masuk kepada
mubtada dan khabar
Amil-amil
yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam, yaitu kaana dan
saudara-saudaranya, innna dan saudara-saudaranya dan dzhanna (dzhanantu) dan
saudara-saudaranya.
Adapun kaana
dan saudara-saudaranya maka sesungguhnya mereka merafa’kan isism (mubtada) dan
menashabkan khabar. Maka kaana dan suadara-saudaranya itu adalah : كَانَ, وَأَمْسَى, وَأَصْبَحَ, وَأَضْحَى, وَظَلَّ, وَبَاتَ, وَصَارَ,
وَلَيْسَ, وَمَا زَالَ, وَمَا اِنْفَكَّ, وَمَا فَتِئَ, وَمَا بَرِحَ, وَمَا
دَامَ,
dan apa-apa
yang bisa ditashrif dari semuanya, seperti :
َ كَانَ, وَيَكُونُ, وَكُنْ, وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ
وَأَصْبِحْ,
Contohnya :
"كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا, وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا"
dan sesuatu
yang menyerupai contoh ini.
Adapun inna
dan saudara-saudaranya maka sesungguhnya mereka itu menashabkan mubtada dan merafa’kan khabar.
inna dan saudara-saudaranya adalah :
إِنَّ، وَأَنَّ، وَلَكِنَّ،
وَكَأَنَّ، وَلَيْتَ، وَلَعَلَّ،
إِنَّ
زَيْدًا قَائِمٌ، وَلَيْتَ عَمْرًا شَاخِصٌcontohnya :
Makna inna dan anna adalah untuk
taukid (penekanan), laakinna untuk istidraak (mempertentangkan), kaanna untuk
tasybih (penyerupaan), laita untuk tamanniy (pengandaian), la’alla untuk tarajiy (pengharapan kebaikan) dan tawaqqu’ (ketakutan dari nasib buruk).
Adapun dzhanantu (dzhanna) dan
saudara-saudaranya maka sesunggunya
mereka itu menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan
khabar) adalah maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya. Dzhanantu dan
saudara-saudaranya itu :
ظَنَنْتُ، وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ، وَزَعَمْتُ،
وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ، وَسَمِعْتُ؛
ظَنَنْتُ
زَيْدًا قَائِمًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًاcontohnya :
Bab
Na’at (sifat)
Na’at
itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa’nya,
nashabnya, khafadhnya, ma’rifatnya, dan nakirahnya. Contohnya:
قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا
اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.
Ma’rifat (kata khusus) itu ada lima:
أَنَا وَأَنْتَ1. Isim
Dhamir (kata ganti), contohnya :
زَيْدٍ وَمَكَّةَ2. Isim Alam (nama), contohnya:
هَذَا, وَهَذِهِ, وَهَؤُلَاءِ3. Isim Mubham (kata tunjuk),
contohnya :
اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُ4.Isim yang terdapat alif lam (al),
contohnya :
5. apa-apa yang diidhafahkan kepada
salah satu dari ini yang empat.
Nakirah (kata
umum) adalah setiap isim yang tersebar (beraneka ragam) pada jenisnya ,tidak
tertentu pada sesuatupun. Dan untuk memudahkannya, nakirah itu adalah setiap
yang dapat اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُmenerima alif
lam, contohnya
Bab ‘Athaf
Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu :
اَلْوَاوُ, وَالْفَاءُ, وَثُمَّ, وَأَوْ, وَأَمْ,
وَإِمَّا, وَبَلْ, وَلَا, وَلَكِنْ, وَحَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ
Waw, fa, tsumma, aw, am, imma, bal, la, laakin, dan hatta pada sebagian
tempat.
Jika kamu athafkan dalam keadaan
rafa’ maka rafa’akan, dalam keadan nashab maka nashabkan, dalam keadaan khafad maka
khafadhkan, dalam keadaan jazm maka jazmkan. Contohnya :
"قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو, وَرَأَيْتُ زَيْدًا
وَعَمْرًا, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو, وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ
Bab Taukid (menekankan atau menguatkan)
Taukid itu mengikuti yang diperkuat dalam keadaan rafa’nya,
nashabnya, khafadhnya, dan ma’rifatnya. Taukid itu telah
tertentu lafadzh-lafazhnya, yaitu :
اَلنَّفْسُ,
وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ
Dan yang mengikuti ajam’u, yaitu
أَكْتَعُ,
وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ
Contohnya :
قَامَ
زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ
أَجْمَعِينَ.
Bab
Badal
Apabila dibadalkan isim dengan isim
atau fi’il dengan fi’il
maka mengikuti badalnya itu pada seluruh i’rabnya.
Badal itu ada empat :
بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْء1.
َبَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ
اَلْكُلِّ2.
َبَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ3.
َبَدَلُ اَلْغَلَطِ4.
Contohnya:
"قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ, وَأَكَلْتُ اَلرَّغِيفَ ثُلُثَهُ,
وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَ
Kamu ingin
berkata al farasa (kuda) akan tetapi kamu ternyata salah,
رَأَيْتُ
زَيْدًا اَلْفَرَسَmaka kamu ganti dengan zaidan menjadi
Bab Isim-isim Yang dinashabkan
Isim-isim yang
dinashabkan itu ada lima belas:
1. Maf’ul bih
2. Mashdar
3. Dzharaf zaman
4. Dzharaf makan
5. Hal
6. Tamyiz
7. Mustatsna
8. Isim Laa
9. Munada
10. Maf’ul min ajlih
11. Maf’ul ma’ah
12. Khabar kaana
13. Isim inna
14. khabar
saudara kaana dan isim saudara inna
15. Yang
mengikut dinashabkan, yaitu ada empat : na’at,
‘athaf, taukid, dan badal
Bab Maf’ul bih
Maf’ul bih adalah isim yang dinashabkan yang dikenakan padanya
suatu perbuatan.
ضَرَبْتُ
زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ Contohnya
:
Maf’ul
bih itu ada dua bagian, yaitu maf’ul
bih dzhahir dan maf’ul bih dhamir.
Maf’ul
bih dzhahir telah dijelaskan sebelumnya (pada bab-bab yang menjelaskan tentang
dzhahir).
Sedangkan maf’ul bih dhamir itu terbagi menjadi dua:
1. Muttashil (bersambung)
Maf’ul
bih dhamir muttashil ada dua belas, yaitu :
ضَرَبَنِي, وَضَرَبَنَا,
وَضَرَبَكَ, وَضَرَبَكِ, وَضَرَبَكُمَا, وَضَرَبَكُمْ, وَضَرَبَكُنَّ, وَضَرَبَهُ,
وَضَرَبَهَا, وَضَرَبَهُمَا, وَضَرَبَهُمْ, وَضَرَبَهُنَّ
2. Munfashil
(terpisah)
Maf’ul
bih dhamir munfashil ada dua belas, yaitu:
إِيَّايَ, وَإِيَّانَا, وَإِيَّاكَ, وَإِيَّاكِ,
وَإِيَّاكُمَا, وَإِيَّاكُمْ, وَإِيَّاكُنَّ, وَإِيَّاهُ, وَإِيَّاهَا,
وَإِيَّاهُمَا, وَإِيَّاهُمْ, وَإِيَّاهُنَّ.
Bab
Mashdar
Mashdar adalah isim yang dinashabkan
yang datang menempati tempat ketiga dalam tashrif fi’il. Contohnya :
ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
Mashdar terbagi dua :
1. Lafdzhy
2. Ma’nawy
Jika lafazdh mashdarnya bersesuaian
dengan lafadzh fi’ilnya maka itu trmasuk mashdar lafdzhy contohnya :
قَتَلْتُهُ قَتْلًا
Dan jika mashdarnya bersesuaian
dengan makna fi’ilnya bukan lafadhznya maka itu adalah mashdar ma’nawy. Contohnya :
جَلَسْتُ
قُعُودًا, ، وقمت وُقُوفًا
Bab
Dzharaf Zaman (keterangan waktu) dan Dzaharaf Makan (keterangan tempat)
Dzharaf zaman itu adalah isim zaman yang
dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada). Contoh dzharaf zaman :
اَلْيَوْمِ, وَاللَّيْلَةِ,
وَغَدْوَةً, وَبُكْرَةً, وَسَحَرًا, وَغَدًا, وَعَتَمَةً, وَصَبَاحًا, وَمَسَاءً,
وَأَبَدًا, وَأَمَدًا, وَحِينًا
Dzharaf makan adalah isim makan yang
dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada). Contohnya:
أَمَامَ, وَخَلْفَ, وَقُدَّامَ,
وَوَرَاءَ, وَفَوْقَ, وَتَحْتَ, وَعِنْدَ, وَمَعَ, وَإِزَاءَ, وَحِذَاءَ,
وَتِلْقَاءَ, وَثَمَّ, وَهُنَا
Bab Haal
Haal adalah isim
yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara yang sebelumnya samar.
Contohnya :
جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا"
وَ"رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا" وَ"لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ
رَاكِبًا"
Haal itu pasti nakirah dan haal itu
hanya terjadi setelah kalamnya sempurna dan shahibul haal itu pasti ma’rifat.
Bab
Tamyiz
Tamyiz itu adalah isim yang
dinashabkan yang menjelaskan dzat yang sebelumnya samar. Contohnya :
"تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا", وَ"تَفَقَّأَ بَكْرٌ
شَحْمًا" وَ"طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا" وَ"اِشْتَرَيْتُ
عِشْرِينَ غُلَامًا" وَ"مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً" وَ"زَيْدٌ
أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا" وَ"أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا"
Tamyiz
itu pasti nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalamnya sempurna
Bab
Istitsna
Huruf istitsna itu ada delapan, yiatu
:
إِلَّا, وَغَيْرُ, وَسِوَى,
وَسُوَى, وَسَوَاءٌ, وَخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا
Maka mustatsna (kalimat yang di
istitsnakan) dengan huruf illaa dinashabkan jika
قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا" وَ"خَرَجَ
اَلنَّاسُ إِلَّا عَمْرًا kalamnya taam mujab contohnya :
Jika kalamnya manfiy taam, maka boleh
menjadikannya badal atau menashabkannya
مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدٌ"
وَ"إِلَّا زَيْدًا karena istitsna contohnya :
Jika kalamnya naaqish (kurang), maka
i’rabnya sesuai dengan amil-amilnya,. Contohnya:
"مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ" وَ"مَا ضَرَبْتُ إِلَّا
زَيْدًا" وَ"مَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ
Dan Mustatsna
dengan khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka boleh kita menashabkannya atau menjarkannya.
Contohnya :
"قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدًا وَزَيْدٍ"
وَ"عَدَا عَمْرًا وَعَمْرٍو" وَ"حَاشَا بَكْرًا
وَبَكْرٍ".
Bab Laa
Ketahuilah! Bahwa apabila laa bertemu langsung dengan isim nakirah maka
laa menashabkan isim nakirah dengan tanpa tanwin dan tidak mengulang-ulang laa.
Contohnya : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka wajib
mengulang-ulang laa.
Contohnya : لَا فِي
اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ
Jika mengulang-ulang laa (berarti bertemu langsung dengan nakirah), maka
boleh mengamalkannya (menjadikan laa sebagai amil yang menashabkan) atau
menyia-nyiakannya. Maka jika kamu suka, kamu katakan : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ
Dan jika kamu suka, kamu katakan:
لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ".
Bab Munada (yang dipanggil)
Munada itu
ada lima, yaitu
:
.1المفرد اَلْعَلَمُ,(nama-nama)
.2 وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ,(nakirah yang termaksud)
.3 وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ,(nakirah yang tidak termaksud)
.4 وَالْمُضَافُ,(yang diidhafahkan)
.5 وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ (yang
menyerupai mudhaf)
Adapun mufrad ‘alam dan nakirah maqsudah maka ia dimabnikan atas dhammah
يَا
زَيْدُ وَيَا رَجُلُ dengan tanpa tanwin contohnya
Dan tiga munada sisanya itu tidak
lain dinashabkan.
Bab Maf’ul min Ajlih
Maf’ul
min ajlih adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan
sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو وَقَصَدْتُكَ
اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ.
Bab Maf’ul Ma’ah
Maf’ul
ma’ah adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk
menjelaskan sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan. Contohnya :
جَاءَ
اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ وَاِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ
Adapun khabar kaana dan
saudara-saudaranya dan ismu inna dan saudara-saudaranya maka sungguh telah
diberikan penjelasannya pada bab isim-isim yang dirafa’akan
begitu juga dengan yang mengikut dinashabkan (na’at,
‘athaf, taukid, badal)
telah dijelaskan disana.
Bab Isim-isim yang Dikhafadhkan (dijarkan)
Isim-isim yang dikhafadhkan itu ada
tiga bagian :
- Dikhafadhkan dengan huruf khafadh
- Dikhafadhkan dengan idhafah
- Dikhafadhkan karena mengikuti yang sebelumnya
Adapun yang dijarkan dengan huruf
yaitu apa-apa yang dijarkan dengan huruf
مِنْ,
وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, dan dengan huruf sumpah yaitu
اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُِdan dengan مُذْ, وَمُنْذُ.
Adapun yang dijarkan dengan idhafah maka contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ dan yang
dijarkan dengan idhafah itu ada dua, pertama yang ditaqdirkan dengan lam dan
kedua yang ditakdirkan dengan min.
Maka yang ditaqdirkan dengan lam contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ
Dan yang ditaqdirkan dengan min contohnya: ثَوْبُ خَزٍّ وَبَابُ سَاجٍ وَخَاتَمُ حَدِيدٍ
-Allah Maha Mengetahui kebenaran-
0 comments:
Post a Comment
Tulis Komentar